Generasi PLTN Tipe BWR Komersial di Dunia.
PLTN tipe BWR (Boiling Water Reactor) atau reaktor air mendidih adalah salah satu jenis Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir, selain jenis Pressurized Water Reactor (PWR), Fast Breeder Reactor (FBR), Advanced Boiling Water Reactor (ABWR), LWR (Light Water Reactor), CANDU, dan VVER/RBMK (PWR ala Russia). Jenis BWR adalah jenis yang paling banyak digunakan untuk PLTN.
PLTN jenis BWR generasi pertama adalah PLTN yang dioperasikan (bukan dibangun) antara tahun 1957 - 1969. PLTN generasi pertama yang dioperasikan pada tahun 1957 adalah Vallecitos Nuclear Center di kota Sunol, negara bagian California, AS. PLTN generasi pertama yang dioperasikan pada tahun 1969 adalah Tarapur Atomic Power Station unit 1 dan unit 2 di kota Tarapur, negara bagian Maharashtra, India. Dan ini adalah satu-satunya PLTN Gen 1 yang masih beroeprasi hingga saat ini. Rencananya akan dekomisioning (dihentikan operasinya) pada tahun 2021 (52 tahun operasi). PLTN Tarapur bisa beroperasi hingga saat ini salah satu sebabnya adalah overhaul pada tahun 2006 dan mendapat ijin dari IAEA. Tidak seperti pembangkit listrik lainnya, pengoperasian PLTN harus mendapat ijin dari sebuah badan dunia, IAEA. Jadi negara pemilik PLTN tidak bisa semaunya mengoperasikan PLTN.
PLTN jenis BWR generasi kedua adalah PLTN yang mulai dioperasikan sejak 1969, antara lain adalah Oyster Creek Nuclear Generating Station di kota Toms River, negara bagian New Jersey, AS. Rencananya akan dioperasikan hingga 2029. Fukushima I (Daiichi) Nuclear Power Plant unit 1 s/d unit 6 di kota Okuma, Fukushima Prefectur, Jepang adalah termasuk PLTN generasi 2 yang dioperasikan sejak tahun 1971.
PLTN jenis BWR generasi ke 3 mulai dioperasikan tahun 2002, yaitu Onagawa Nuclear Power Plant di kota Onagawa, Miyagi Prefecture, Jepang. ABWR adalah termasuk PLTN generasi ke 3. Contoh generasi ke 3 PLTN ini adalah Fukushima I (Daiichi) Nuclear Power Plant unit 7 dan unit 8 yang sedang dibangun. Rencananya kedua PLTN generasi 3 ini akan mulai dioperasikan tahun 2013 dan 2014. Memang cukup ironis, Jepang adalah negara yang pernah merasakan dampak kedahsyatan senjata nuklir dan sering menghadapi gempa sejak dahulu kala namun tetap ingin memiliki PLTN. Bahkan hingga saat ini sudah ada sekitar 56 unit pembangkit PLTN.
PLTN Fukushima II (Daini) unit 1 - unit 4 berada sekitar 11 km sebelah selatan PLTN Fukushima I. PLTN ini termasuk generasi kedua berdasarkan disain General Electric Mark II BWR dengan kapasitas per unit 1067 MWe.
Fukushima Daini II
Reactor, Design, Size, Date of Commercial operation
Fukushima II-1, GE Mark II BWR, 1067 MW, April 1982
Fukushima II-2, GE Mark II BWR, 1067 MW, February 1984
Fukushima II-3, GE Mark II BWR, 1067 MW, June 1985
Fukushima II-4, GE Mark II BWR, 1067 MW, August 1987
Dekomisioning atau penghentian operasi PLTN karena berbagai sebab. Pada dasarnya jika sudah berusia 50 tahun, maka PLTN wajib dikomisioning. Namun demikian ada juga yang dihentikan operasinya di tengah jalan. Misal, karena adanya keputusan politik. Ini terjadi pada PLTN Barseback di Swedia, namun PLTN-PLTN lain seperti PLTN Ringhals, Oskarshamn, Forsmark yang berada di Swedia, masih tetap dioperasikan. Ada juga yang dihentikan operasinya karena desakan kelompok anti nuklir, seperti terjadi pada PLTN Shoreham, PLTN Vallecitos, PLTN Pathfinder, dan PLTN Elk River di AS, dan PLTN Caorso di Italia. Ada yang dihentikan karena aspek ekonomi, seperti PLTN La Crosse, PLTN Humboldt Bay, PLTN Dresden, PLTN Big Rock Point di AS, PLTN Dodewaard di Belanda, PLTN Garigliano di Italia, PLTN Lingen, PLTN Grundemmingen di Jerman.
Tampaknya proses dekomisioning PLTN Fukushima I, khususnya unit 1 (Maret 1971), unit 3 Maret 1976) dan unit 4 (Oktober 1978) akan dipercepat dari jadwal yang seharusnya mengingat besarnya kerusakan. Rencananya PLTN ini akan di-dekomisioning pada tahun 26 Maret 2011 (unit 1), 26 Maret 2016 (unit 3), 12 Oktober 2018 (unit 4). Ternyata takdir lebih cepat datang dari pada rencana manusia. Dekomisioning bisa dilakukan dengan penimbunan material beton atau mengkungkung teras reaktor seperti yang dilakukan pada PLTN Chernobyl. Kita tunggu kabar selanjutnya mengenai nasib PLTN Fukushima I unit 2 (ops sejak Juli 1974), unit 5 (ops sejak April 1978), unit 6 (ops sejak Oktober 1979), unit 7 (baru mau akan dibangun 2012) dan unit 8 (baru mau akan dibangun 2012). Rencananya Fukushima I unit 2 akan decom pada 18 Juli 2014, unit 5 decom pada 18 April 2018, dan unit 6 decom pada 24 Oktober 2019.
Ada juga yang dekomisioning karena alasan teknis, seperti PLTN Millstone di AS, PLTN Wurgassen di Jerman.
Ada juga yang terus dioperasikan sebagai hasil referendum. Hal ini terjadi di Swiss, yaitu terhadap PLTN Leibstadt, PLTN Muhleberg.
Umumnya pendirian PLTN karena tenaga listrik yang dihasilkan sangatlah besar. PLTN generasi ke 3, setiap unitnya mampu memberikan 1380 MWe. Padahal setiap PLTN setidaknya bisa memiliki 4 unit pembangkit dalam satu lokasi. Jadi dapat dibayangkan berapa besar listrik yang dihasilkan untuk sebuah PLTN, setidaknya 4 x 1380 MWe atau 5520 MWe. Jika menggunaan batubara, kapasitas sebesar ini biasanya dihasilkan oleh 4 buah PLTU, bukan 4 unit PLTU lho. Dengan kapasitas PLTN sebesar itu, maka kebutuhan listrik di Pulau Jawa bisa dicukup oleh 3 buah PLTN saja.
Jika listrik yang dihasilkan PLTN kemudian digunakan untuk menggerakkan transportasi publik yang tadinya berbasis BBM, maka akan banyak konsumsi BBM yang bisa dikurangi. Tidak hanya itu, kontinuitas pasokan listrik di Jawa akan lebih stabil, tidak terganggu oleh cuaca laut Jawa. Bahkan akan banyak batu bara yang tidak perlu dibakar. Yang pada akhirnya akan mengurangi cemaran CO2 di udara.
Resiko penggunaan PLTN akan dicoba untuk diminimalkan dengan digunakannya PLTN generasi ke 3 (ABWR) di masa-masa mendatang, yang telah dimulai sejak tahun 2002. Jika penggunaan PLTN dinilai memiliki prospek, tidak tertutup kemungkinan riset dan pengoperasian PLTN generasi 4 akan dipercepat menjadi sebelum tahun 2030. Pada dasarnya manusia tidak akan menyerah pada tantangan dan resiko. Resiko yang terjadi bukan membuat menjadi mundur dan ciut karena kehilangan nyali, namun justru menjadi tantangan bersama untuk dipecahkan selama masih dalam rangka mensejahterakan umat manusia. Takdir baik dan takdir buruk adalah bagian integral dari kehidupan yang wajib diyakini.
Setidaknya ada 150 kapal selam dan kapal induk yang memanfaatkan PLTN sebagai penggeraknya. Bagi AS, Perancis dan Jepang, 50% kapasitas listriknya dihasilkan oleh PLTN. Bahkan sejak kecelakaan di Three Mile Island (1979) dan bencana di Chernobyl (1986), jumlah PLTN terus meningkat. Peningkatan yang paling signifikan adalah pembangunan PLTN di Cina, Korea Selatan, India dan Russia. Ironis, di satu sisi dibenci, di sisi lain diharapkan. Bahkan negara-negara penghasil minyak, batubara dan gas alam terbesar, banyak menggunakan PLTN. Negara-negara ini tetap menggunakan PLTN meskipun sumber energi lain masih melimpah.
Untuk mendirikan dan mengoperasikan sebuah PLTN butuh waktu persiapan yang panjang, sehingga perencanaan menjadi hal yang krusial. Negara yang membutuhkan PLTN tidak bisa serta merta dapat membangun PLTN, meskipun dana tersedia. Infrastruktur harus disiapkan secara matang di bawah pengawasan IAEA. Pembangunan PLTN hingga siap beroperasi bisa menghabiskan waktu 5 tahun. Studi kelayakan, disain, infrastruktur harus disiapkan 5 tahun sebelumnya. Jadi setidaknya negara tersebut butuh waktu 10 tahun sebelum PLTN benar-benar beroperasi. Hanya negara yang berwawasan ke depan dan berkomitmen kuat dalam mensejahterakan rakyatnya yang mampu memiliki PLTN.
PLTN jenis BWR generasi pertama adalah PLTN yang dioperasikan (bukan dibangun) antara tahun 1957 - 1969. PLTN generasi pertama yang dioperasikan pada tahun 1957 adalah Vallecitos Nuclear Center di kota Sunol, negara bagian California, AS. PLTN generasi pertama yang dioperasikan pada tahun 1969 adalah Tarapur Atomic Power Station unit 1 dan unit 2 di kota Tarapur, negara bagian Maharashtra, India. Dan ini adalah satu-satunya PLTN Gen 1 yang masih beroeprasi hingga saat ini. Rencananya akan dekomisioning (dihentikan operasinya) pada tahun 2021 (52 tahun operasi). PLTN Tarapur bisa beroperasi hingga saat ini salah satu sebabnya adalah overhaul pada tahun 2006 dan mendapat ijin dari IAEA. Tidak seperti pembangkit listrik lainnya, pengoperasian PLTN harus mendapat ijin dari sebuah badan dunia, IAEA. Jadi negara pemilik PLTN tidak bisa semaunya mengoperasikan PLTN.
PLTN jenis BWR generasi kedua adalah PLTN yang mulai dioperasikan sejak 1969, antara lain adalah Oyster Creek Nuclear Generating Station di kota Toms River, negara bagian New Jersey, AS. Rencananya akan dioperasikan hingga 2029. Fukushima I (Daiichi) Nuclear Power Plant unit 1 s/d unit 6 di kota Okuma, Fukushima Prefectur, Jepang adalah termasuk PLTN generasi 2 yang dioperasikan sejak tahun 1971.
PLTN jenis BWR generasi ke 3 mulai dioperasikan tahun 2002, yaitu Onagawa Nuclear Power Plant di kota Onagawa, Miyagi Prefecture, Jepang. ABWR adalah termasuk PLTN generasi ke 3. Contoh generasi ke 3 PLTN ini adalah Fukushima I (Daiichi) Nuclear Power Plant unit 7 dan unit 8 yang sedang dibangun. Rencananya kedua PLTN generasi 3 ini akan mulai dioperasikan tahun 2013 dan 2014. Memang cukup ironis, Jepang adalah negara yang pernah merasakan dampak kedahsyatan senjata nuklir dan sering menghadapi gempa sejak dahulu kala namun tetap ingin memiliki PLTN. Bahkan hingga saat ini sudah ada sekitar 56 unit pembangkit PLTN.
PLTN Fukushima II (Daini) unit 1 - unit 4 berada sekitar 11 km sebelah selatan PLTN Fukushima I. PLTN ini termasuk generasi kedua berdasarkan disain General Electric Mark II BWR dengan kapasitas per unit 1067 MWe.
Fukushima Daini II
Reactor, Design, Size, Date of Commercial operation
Fukushima II-1, GE Mark II BWR, 1067 MW, April 1982
Fukushima II-2, GE Mark II BWR, 1067 MW, February 1984
Fukushima II-3, GE Mark II BWR, 1067 MW, June 1985
Fukushima II-4, GE Mark II BWR, 1067 MW, August 1987
Dekomisioning atau penghentian operasi PLTN karena berbagai sebab. Pada dasarnya jika sudah berusia 50 tahun, maka PLTN wajib dikomisioning. Namun demikian ada juga yang dihentikan operasinya di tengah jalan. Misal, karena adanya keputusan politik. Ini terjadi pada PLTN Barseback di Swedia, namun PLTN-PLTN lain seperti PLTN Ringhals, Oskarshamn, Forsmark yang berada di Swedia, masih tetap dioperasikan. Ada juga yang dihentikan operasinya karena desakan kelompok anti nuklir, seperti terjadi pada PLTN Shoreham, PLTN Vallecitos, PLTN Pathfinder, dan PLTN Elk River di AS, dan PLTN Caorso di Italia. Ada yang dihentikan karena aspek ekonomi, seperti PLTN La Crosse, PLTN Humboldt Bay, PLTN Dresden, PLTN Big Rock Point di AS, PLTN Dodewaard di Belanda, PLTN Garigliano di Italia, PLTN Lingen, PLTN Grundemmingen di Jerman.
Tampaknya proses dekomisioning PLTN Fukushima I, khususnya unit 1 (Maret 1971), unit 3 Maret 1976) dan unit 4 (Oktober 1978) akan dipercepat dari jadwal yang seharusnya mengingat besarnya kerusakan. Rencananya PLTN ini akan di-dekomisioning pada tahun 26 Maret 2011 (unit 1), 26 Maret 2016 (unit 3), 12 Oktober 2018 (unit 4). Ternyata takdir lebih cepat datang dari pada rencana manusia. Dekomisioning bisa dilakukan dengan penimbunan material beton atau mengkungkung teras reaktor seperti yang dilakukan pada PLTN Chernobyl. Kita tunggu kabar selanjutnya mengenai nasib PLTN Fukushima I unit 2 (ops sejak Juli 1974), unit 5 (ops sejak April 1978), unit 6 (ops sejak Oktober 1979), unit 7 (baru mau akan dibangun 2012) dan unit 8 (baru mau akan dibangun 2012). Rencananya Fukushima I unit 2 akan decom pada 18 Juli 2014, unit 5 decom pada 18 April 2018, dan unit 6 decom pada 24 Oktober 2019.
Ada juga yang dekomisioning karena alasan teknis, seperti PLTN Millstone di AS, PLTN Wurgassen di Jerman.
Ada juga yang terus dioperasikan sebagai hasil referendum. Hal ini terjadi di Swiss, yaitu terhadap PLTN Leibstadt, PLTN Muhleberg.
Umumnya pendirian PLTN karena tenaga listrik yang dihasilkan sangatlah besar. PLTN generasi ke 3, setiap unitnya mampu memberikan 1380 MWe. Padahal setiap PLTN setidaknya bisa memiliki 4 unit pembangkit dalam satu lokasi. Jadi dapat dibayangkan berapa besar listrik yang dihasilkan untuk sebuah PLTN, setidaknya 4 x 1380 MWe atau 5520 MWe. Jika menggunaan batubara, kapasitas sebesar ini biasanya dihasilkan oleh 4 buah PLTU, bukan 4 unit PLTU lho. Dengan kapasitas PLTN sebesar itu, maka kebutuhan listrik di Pulau Jawa bisa dicukup oleh 3 buah PLTN saja.
Jika listrik yang dihasilkan PLTN kemudian digunakan untuk menggerakkan transportasi publik yang tadinya berbasis BBM, maka akan banyak konsumsi BBM yang bisa dikurangi. Tidak hanya itu, kontinuitas pasokan listrik di Jawa akan lebih stabil, tidak terganggu oleh cuaca laut Jawa. Bahkan akan banyak batu bara yang tidak perlu dibakar. Yang pada akhirnya akan mengurangi cemaran CO2 di udara.
Resiko penggunaan PLTN akan dicoba untuk diminimalkan dengan digunakannya PLTN generasi ke 3 (ABWR) di masa-masa mendatang, yang telah dimulai sejak tahun 2002. Jika penggunaan PLTN dinilai memiliki prospek, tidak tertutup kemungkinan riset dan pengoperasian PLTN generasi 4 akan dipercepat menjadi sebelum tahun 2030. Pada dasarnya manusia tidak akan menyerah pada tantangan dan resiko. Resiko yang terjadi bukan membuat menjadi mundur dan ciut karena kehilangan nyali, namun justru menjadi tantangan bersama untuk dipecahkan selama masih dalam rangka mensejahterakan umat manusia. Takdir baik dan takdir buruk adalah bagian integral dari kehidupan yang wajib diyakini.
Setidaknya ada 150 kapal selam dan kapal induk yang memanfaatkan PLTN sebagai penggeraknya. Bagi AS, Perancis dan Jepang, 50% kapasitas listriknya dihasilkan oleh PLTN. Bahkan sejak kecelakaan di Three Mile Island (1979) dan bencana di Chernobyl (1986), jumlah PLTN terus meningkat. Peningkatan yang paling signifikan adalah pembangunan PLTN di Cina, Korea Selatan, India dan Russia. Ironis, di satu sisi dibenci, di sisi lain diharapkan. Bahkan negara-negara penghasil minyak, batubara dan gas alam terbesar, banyak menggunakan PLTN. Negara-negara ini tetap menggunakan PLTN meskipun sumber energi lain masih melimpah.
Untuk mendirikan dan mengoperasikan sebuah PLTN butuh waktu persiapan yang panjang, sehingga perencanaan menjadi hal yang krusial. Negara yang membutuhkan PLTN tidak bisa serta merta dapat membangun PLTN, meskipun dana tersedia. Infrastruktur harus disiapkan secara matang di bawah pengawasan IAEA. Pembangunan PLTN hingga siap beroperasi bisa menghabiskan waktu 5 tahun. Studi kelayakan, disain, infrastruktur harus disiapkan 5 tahun sebelumnya. Jadi setidaknya negara tersebut butuh waktu 10 tahun sebelum PLTN benar-benar beroperasi. Hanya negara yang berwawasan ke depan dan berkomitmen kuat dalam mensejahterakan rakyatnya yang mampu memiliki PLTN.
0 komentar:
Posting Komentar