Mengembangkan Energi Bio gas
Untuk mengurangi ketergantungan pada energi berbahan bakar minyak, sejumlah perusahaan mulai memanfaatkan energi alternatif. Langkah itu pula yang kini diterapkan PT Budi Acid Java Tbk, yang mencoba untuk mengembangkan energi listrik melalui pemanfaatan biogas. Selain menghemat biaya operasional, biogas merupakan salah satu energi yang terarah lingkungan, karena dihasilkan dari proses fermentasi bahan-bahan organik. Menurut Wakil Direktur Utama Budi Acid Sudarmo Tasmin, langkah perseroan membangun pembangkit listrik tenaga biogas tersebut juga untuk meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan sekitar. Karena, biogas yang akan diperoleh berasal dari produk limbah perusahaan seperti tapioka. "Bayangkan saja, dari limbah yang susah payah kami kelola dan sebelumnya tidak bermanfaat, bisa menghasilkan energi listrik bagi perusahaan," jelas Sudarmo kepada Investor Daily di Jakarta, pekan ini.
Selama ini, perusahaan yang bergerak di industri kimia dan bahan makanan itu selalu meng- gunakan bahan bakar batu bara untuk pengeringan produk, tenaga listrik dari PT Perusahaan Listrik Negara (PLN), dan minyak solar serta bensin untuk kegiatan operasional. "Tentunya, dengan membangun pembangkit listrik tenaga biogas dari hasil limbah, perusahaan dapat menghemat biaya cukup besar," ujar Sudarmo. Untuk mendukung rencana tersebut, lanjut Sudarmo, pada akhir Februari 2007, perseroan akan menggelar rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) guna meminta persetujuan pemegang saham. Hal itu dimaksudkan agar proyek dapat segera berjalan. "Kami optimistis, upaya tersebut akan disetujui para pemegang saham, karena sangat mengiintungkan bagi perseroan," tambah dia.
Sudarmo menjelaskan, untuk membangun pembangkit listrik tenaga biogas berkapasitas 5,7 mega watt (MW), dibutuhkan investasi sekitar US$ 7 juta. Dana untuk merealisasikan proyek tersebut berasal dari internal perseroan sebesar 50% dan sisanya pinjaman dari investor Jepang (Sumitomo Corporation dan Nedo). "Pinjaman itu bentuknya ree payment, yang nantinya akan dibayar dengan penerbitan sertifikat penurunan emisi karbondioksida yang bisa diperjual belikan," jelasnya. Kendati demikian, Sudarmo menegaskan, bisnis utama perseroan di industri kimia dan ba han makanan tetap akan berjalan. Pembangkit listrik tenaga biogas tersebut hanya sebagai energi alternatif untuk mengganti tenaga listrik dari PLN. Apalagi, pengembangan energi altematif berbalian dasar biogas itu tidak akan ditawarkan ke pihak lain. "Kami belum ada niat untuk (menjual) ke luar. Jadi, hanya untuk kepentingan perusahaan," jelasnya.
Sekretaris Perusahaan Budi Acid Jaya Mawarti Wongso menambahkan, pembangkit listrik tenaga biogas tersebut sifatnya hanya untuk efisiensi biaya operasional perusahaan. Sedangkan pasokan listrik dari PLN akan digunakan sebagai cadangan bila pembangkit listrik tenaga biogas bermasalah. Pelaksanaan pembangunan proyek pembangkit listrik tenaga biogas tersebut menurut Sudar mo, akan dilakukan perseroan dengan pengawasan dari Papop, konsultan dari Thailand, yang berpengalaman menangani pengembangan biogas. "Sedangkan mesin utama yang akan digunakan adalah gas engine generator set buatan Spanyol," jelasnya. Beri Insentif Sementara itu, pengamat perminyakan Kurtubi berpendapat, pemeirintah semetinya memberi-kan insentif bagi perusahaan yang mengembangkan energi altematif, seperti biodiesel maupun biogas.
Langkah perusahaan tersebut membantu mengurangi beban pemerintah, karena ketergantu- ngannya pada bahan bakar minyak. "Pemerintah harus mendukung, sehingga impor BBM juga bisa dikurangi," ujar dia kepada Daily. Dia menambahkan, prospek bahan bakar alternatif lain, seperti dari bahan nabati, minyak sawit, jarak pagar, atau tepung singkong untuk ethanol sangat cerah dan menjanjikan untuk jangka pan jang. Apalagi, saat ini kebutuhan bahan bakar minyak cukup tinggi, sedangkan ketersediaan sangat terbatas. "Harganya (BBM) juga cenderung meningkat dan tidak bisa diperkirakan " jelasnya. Menurut dia, sejumlah penelitian menyebutkan, bahan bakar alternatif yangberasal dari limbah kotoran hewan maupun sisa makanan dari pengolahan pabrik, bisa dijadikan bahan bakar gas untuk industri. Kondisi itu pun dapat menghemat biaya, karena menggantikan peraakaian BBM. "Kita tahu, cepat atau lambat, minyak bumi dan gas akan habis, sehingga bisa terjadi krisis energi akibat penggunaannya yang terus meningkat untuk kendaraan bennotor dan industri," tegas dia.
Pengurus Asosiasi Analis Teknikal Indonesia (AATI) Muham mad Alfatih juga berpendapat senada. Pengembangan energi alternatif memerlukan dana yang tidal sediidt, sehingga perlu adanya in sentif berupa pinjaman lunak un tuk mendukung terciptanya energi yang bisa mengurangi ketergantungan terhadap BBM. Alfatih menambahkan, bahan bakar alternatif seperti biodiesel, biomethanol, maupun biogas memiliki prospek yang cukup cerah. Apalagi, dibandingkan dengan bahan bakar minyak maupun batu bara, biogas tersebut tidak mencemari lingkungan. Proyeksi 2007 Tahun ini, Budi Acid memproyeksikan iaba bersih sekitar Rp 40 miliar atau meningkat dua kali lipat dari target 2006 sebesar Rp 20 miliar. "Kami optimistis, proyeksi itu aJcan tercapai, tcrutama setelah pembangiman pcmbangkit listrik tenaga biogas seleeai, sehiugga ada efisiensi biayaoperasional/'kataSudanno. Dia mengatakan, selain laba bersili yang diperkirakan mening- kat, penjualan bcrsih periisahaan juga diproyeksikan nail; menjadi Rp 1,2 triliun dari proyeksi 2006 sebesar Rp 1 triliun.
Sementara itu, lanjut Sudarmo, laba bersih pada 2006 diperkirakan mencapai Rp 20 miliar dari tahun sebelumnya Rp 2 miliar atau meningkat sekitar 900%. Potensi peningkatan ini karena adanya efisiensi, pengurangan pinjaman, dan keuntungan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Per 30 September 2006, pen jualan bersih perseroan tercatat sebesar Rp 804,87 miliar atau bertambah 3,94% dibanding periode sama 2005 senilai Rp 774,37 miliar. Peningkatan penjualan selama kuartai III 2006 tersebut diikuli kenaikan laba bersih, yang her- tumbuh 684,32% menjadi Rp 15,56 miliar dari periode sama tahun sebelumnya Rp 1,98 miliar. Budi Acid Jaya didirikan pada 15 Januari 1979 dengan nama PT North Aspac Chemical Industrial Company. Ruang lingkup kegiatan usaha Budi Acid terutama di industii pengolahan bahan ma- kanan dan bahan kimia, serta semua hasil derivatif (turunannya) yang diproses dari ketela pohon, ubi manis, ubi jalar, kelapa sawit, kopra, dan hasil bumi lainnya.
Saat ini, perusahaan bergerak dalam bidang produksi dan penjualan tapioka, asam sitrat, karung plastik, asam sulfat, dan bahan- bahan kimia lainnya. Perusahaan yang berkantor pusat di Jakarta itu memiliki pabrik di Subang, Lampung, dan Jambi. Perusahaan mulai beroperasi secara komersial pada Januari 1981. Hasil produksi dipasarkan di pasar lokal dan ekspor, di antaranya ke beberapa negara Eropa dan Asia. Pada 1995, perseroan melakukan penawaran umum perdana saham sebanyak 30.000.000 saham dengan nilai nominal sebesar Rp 500 per saham. Perusahaan telah mencatatkan selumh sahamnya di Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada 8 Mei 1995. Sedangkan pada 1998, perseroan menerbitkan saham baru tanpa penawaran hak memesan efek terlebih dahulu kepada pemegang saham sebanyak 12.500.000 saham. Di 2004, Budi Acid juga menerbitkan saham tani tanpa penawaran hak memesan efek terlebih dahulu kepada pemegang saham sebanyak 181.500.000 saham.
Sumber : http://www.alpensteel.com/
0 komentar:
Posting Komentar