The Widgipedia gallery
requires Adobe Flash
Player 7 or higher.

To view it, click here
to get the latest
Adobe Flash Player.

Minggu, Agustus 21, 2011

Ocean Energy sebagai Solusi Krisis Energi

Indonesia memilki sumber energi yang melimpah yang bisa dikonversi menjadi tenaga listrik, dari panas bumi, batu bara, bioetanol, hingga bahkan ocean energy mengingat dua pertiga wilayah Indonesia adalah lautan. Ocean energy resources yang dimiliki Indonesia bisa dibilang yang terbaik dan terbesar di dunia.

Namun sayangnya, upaya untuk mengembangkan energi yang melimpah ini belum serius dikaji. Mungkin belum banyak yang mengetahui bahwa cadangan minyak yang dimiliki Indonesia diperkirakan hanya untuk 25 tahun ke depan. Selanjutnya dari mana negara ini akan mendapatkan energi listrik? Jawabannya ada di laut, khususnya lautan yang berada di wilayah tropis.

Ocean energy merupakan alternatif energi terbaru termasuk sumber daya nonhayati yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan. Potensi energi laut mampu memenuhi empat kali kebutuhan listrik dunia sehingga tidak mengherankan jika berbagai negara maju telah berlomba memanfaatkan energi laut itu.

Listrik tenaga pasang surut

Teknologi pembangkit listrik pasang surut (PLPS) ini mungkin sudah dikuasai penuh oleh bangsa Indonesia. Pada prinsipnya teknologi tersebut tidak berbeda dengan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) seperti yang diterapkan di Waduk Jatiluhur dan waduk-waduk lainnya, yakni air laut ketika pasang ditampung dalam suatu wilayah yang dibendung dan pada waktu pasang surut air laut dialirkan kembali ke laut. Pemutaran turbin dilakukan dengan memanfaatkan aliran air ketika masuk ke dalam dam dan ketika keluar dari dam menuju laut.

Kendala utama penerapan teknologi PLPS ini ada dua. Pertama, pemerintah belum pernah memanfaatkan energi pasang surut ini untuk menghasilkan listrik sehingga tenaga ahli Indonesia yang telah menguasai teknologi pembangkit listrik tenaga air belum pernah merancang dan menerapkan atau membangun secara langsung dari awal.

Kedua, pembangunan ini akan merendam wilayah yang luas, apalagi bila harus merendam beberapa desa di sekitar muara atau kolam. Di sini kemudian akan muncul masalah sosial, bukan hanya masalah teknologi.

Kapasitas listrik yang dihasilkan PLPS ini sebaiknya untuk kapasitas besar, di atas 50 megawatt, agar bisa ekonomis seperti PLTA. Sumber energi PLPS ini banyak berada wilayah timur Indonesia, mulai Ambon hingga Papua. Di wilayah itu kebutuhan listrik masih kecil dan membutuhkan power cable bawah laut yang sangat panjang untuk bisa membawa listrik ke Pulau Sulawesi yang membutuhkan listrik dalam jumlah besar.

Di negara lain, beberapa pembangkit listrik sudah beroperasi menggunakan ide itu. Salah satu PLPS terbesar di dunia terdapat di muara Sungai Rance di sebelah utara Prancis. Pembangkit listrik ini dibangun pada 1966 dan berkapasitas 240 megawatt.

PLPS La Rance didesain dengan teknologi canggih dan beroperasi secara otomatis sehingga hanya membutuhkan dua orang untuk pengoperasian pada akhir pekan dan malam hari. PLPS terbesar kedua di dunia terletak di Annapolis, Nova Scotia, Kanada, dengan kapasitas yang mencapai 160 megawatt.

Listrik tenaga panas laut

Perbedaan temperatur di bawah laut sebenarnya telah menjadi ide pemanfaatan energi dari laut. Kita tentu menyadari jika kita menyelam semakin dalam ke bawah permukaan, airnya akan semakin dingin. Temperatur di permukaan laut lebih hangat karena panas dari sinar matahari diserap sebagian oleh permukaan laut.

Tapi di bawah permukaan, temperatur akan turun dengan cukup drastis. Itulah sebabnya penyelam menggunakan pakaian khusus selam ketika menyelam jauh ke dasar laut. Pakaian khusus tersebut dapat menangkap panas tubuh sehingga menjaga mereka tetap hangat.

Nah, pembangkit listrik dapat memanfaatkan perbedaan temperatur tersebut untuk menghasilkan energi. Pemanfaatan sumber energi jenis ini disebut dengan konversi energi panas laut atau ocean thermal energy conversion (OTEC). Proyek-proyek demonstrasi dari OTEC sudah terdapat di Jepang, India, dan Hawaii.

Listrik gelombang laut

Peneliti Universitas Oregon memublikasikan temuan teknologi terbarunya yang diberi nama permanent magnet linear buoy. Diberi nama buoy karena memang pada prinsip dasarnya teknologi terbaru tersebut dipasang untuk memanfaatkan gelombang laut di permukaan. Itu berbeda dengan buoy yang digunakan untuk mendeteksi gelombang laut yang menyimpan potensi tsunami.

Peneliti Oregon menjelaskan prinsip dasar buoy penghasil listrik tersebut yaitu beroperasi dengan mengapung di permukaan. Gelombang laut yang terus mengalun dan berirama bolak-balik dalam buoy itu akan diubah menjadi gerakan harmonis listrik.

Sekilas bila dilihat dari bentuknya, buoy itu mirip dengan dinamo sepeda. Bentuknya silindris dengan perangkat penghasil listrik pada bagian dalamnya. Buoy diapungkan di permukaan laut dengan posisi sebagian tenggelam dan sebagian lagi mengapung.

Kuncinya terdapat pada perangkat elektrik yang berupa koil (kumparan yang mengelilingi batang magnet di dalam buoy). Saat ombak mencapai pelampung, pelampung tersebut akan bergerak naik dan turun secara relatif terhadap batang magnet sehingga bisa menimbulkan beda potensial dan listrik dibangkitkan. Tentu saja agar dapat bergerak koil tersebut ditempelkan pada pelampung yang dikaitkan ke dasar laut.

Dalam percobaan sistem itu diletakkan kurang lebih 1-2 mil laut dari pantai. Kondisi ombak yang cukup kuat dan mengayun dengan gelombang yang lebih besar akan menghasilkan listrik dengan tegangan yang lebih tinggi. Berdasarkan hasil penelitian Universitas Oregon, setiap pelampung mampu menghasilkan daya sebesar 250 kilowatt.

Penjelasan di atas menggunakan teknik koil yang bergerak naik turun, tetapi bisa juga dengan teknik batang magnet yang bergerak naik turun. Pilihan kedua dengan menggunakan pelampung, penempatan koil dan batang magnet bisa juga ditempatkan di dasar atau di permukaan laut.

Jika dibandingkan dengan energi angin atau matahari, kerapatan energi gelombang laut jauh lebih tinggi. Peneliti yang sama dari OSU, Alan Wallace, menyebutkan penyediaan energi gelombang itu dengan hanya 200 buoy yang diapungkan, satu buah pelabuhan atau kota besar seperti Portland yang besarnya hampir dua kali Jakarta sudah dapat memanfaatkan energinya dengan sangat melimpah tanpa harus menarik bayaran.

Keyakinannya semakin lebih diperkuat dengan efisiensi penghasilan energi yang tinggi dan besar. Energi gelombang laut ini bisa menjadi energi utama pengganti energi sekarang. Di samping nilai ekonomis yang cukup menjanjikan, ada hal-hal lain yang dapat memberikan keuntungan di bidang lingkungan hidup. Energi itu lebih ramah lingkungan, tidak menimbulkan polusi suara, emisi CO2, maupun polusi visual dan sekaligus mampu memberikan ruang kepada kehidupan laut.

Energi ganggang laut

Alga atau dikenal sebagai tanaman ganggang termasuk tumbuhan yang bisa tumbuh di perairan mana saja. Selain tidak memerlukan air tawar untuk tumbuh, alga dapat ditanam di lahan yang tidak subur dan perairan laut dangkal yang banyak terdapat di Indonesia yang notabene beriklim tropis.

Walaupun tidak memerlukan lahan luas, potensi hayati yang dimiliki alga dinilai luar biasa oleh para ahli biologi. Beberapa waktu lalu, pemerintah Amerika Serikat mengumumkan akan mengambil sumber hayati tersebut sebagai salah satu cadangan untuk menggantikan BBM fosil, yang dalam waktu tidak lama diperhitungkan akan habis dari perut bumi.

Sebagaimana diketahui, mikroalga menggunakan sinar matahari, air, dan karbon dioksida untuk menghasilkan oksigen dan bioenergi melalui fotosintesis. Tanaman, yang tampak tumbuh di permukaan air, dapat dibudidayakan pada lahan marginal di kolam terbuka atau di mesin-mesin khusus yang disebut inkubasi photobioreactors, yang menggunakan emisi karbon dioksida dari industri makanan.

Sesuai dengan hasil penelitian, ganggang disebut-sebut lebih produktif daripada tanaman lain karena mereka terus membuat bahan bakar terlepas dari cuacanya. Semua kebutuhan bahan bakar transportasi Amerika Serikat secara teori bisa dipenuhi ganggang yang dibudidayakan di suatu daerah seukuran negara Belgia. Tanaman itu merupakan salah satu 'generasi kedua' dari bioenergi, yang dirancang untuk mengatasi kekurangan bahan bakar dari biji-bijian.

Hebatnya, selain bisa dimanfaatkan sebagai bioenergi atau bahan bakar minyak, alga juga ternyata bisa menjadi sumber listrik yang potensial dan cukup berharga bagi kehidupan masa depan manusia. Para ahli bioelektro dari Stanford University, AS, dan Yonsei University, Seoul, Korea Selatan, beberapa waktu lalu, ternyata menemukan sumber energi listrik masa depan yang dihasilkan dari sel alga.

Oleh Y Paonganan
Direktur Eksekutif Indonesia Maritime Institute
Sumber : http://www.mediaindonesia.com/

0 komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Para Sahabat

Pengunjung

free counters

  © Blogger templates The Professional Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP