Tantangan Pengembangan Biogas Di Indonesia
Upaya pemerintah dalam mengoptimalkan pengembangan biogas tidak mudah, banyak tantangan yang menghadang kelancaran energi yang berasal dari kotoran hewan ternak. demikian diungkapkan Direktur Bioenergi, Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (Ditjen EBTKE), Maritje Hutape dalam Seminar Green Productivity, Biogas : Is the best Renewable Energy Alternatif For Indonesia, di gedung Menara Kadin, Jakarta, Senin 21 Februari 2011."Banyak tantangan yang harus dihadapi,"ujar dia.
Maritje menjelaskan, tantangan tersebut diantaranya masih mahalnya investasi awal biogas,belum ada kebijakan-kebijakan insentif bagi masyarakat yang ingin mengembangkan biogas, selain itu, masyarakat masih tidak merasa nyaman menggunakan energi yang berasal dari kotoran, guna mengatasi persoalan ini diperlukan sosialisasi masive dan keberlanjutan. "Dengan sosialisasi pada akhirnya masyarakat bisa menerima energi dari kotoran ini,"kata dia. Persoalan lain, lanjut Maritje, keterbatasan sumber daya manusia yang mampu membangun konstruksi biogas sebab dalam proses biogas terdapat fermentasi anaerob, sehingga dibutuhkan digester yan anaerob, otomatis memerlukan sumber daya manusia yang terlatih, terakhir masih terbatasnya instalasi pengolahan biogas.
Kendati banyak tantangan yang dihadapi, menurut dia, bukan berarti peluang pengembangan biogas di Indonesia tidak ada terbukti , dari data statistik 2009 dengan komposisi potensi 13 juta sapi ternak dan perah, serta 28 juta kambing, domba dan kerbau Indonesia memiliki potensi biogas yang besar. "Bukan hanya itu, dari limbah kotoran manusia juga potensiL, contoh di perkotaan seperti di apartemen-apartemen dan kompleks perumahan jika diintegrasikan dari awal maka bisa menghasilkan biogas juga,"paparnya. Potensi lain, lanjut Maritje, dari limbah sampah di tempat pembuangan akhir (TPA) yang bisa menghasilkan landville gas, kemudian dimasukan ke dalam tabung bisa didistribusikan.
Bukan hanya itu, jika dikaitkan dengan isu lingkungan, dimana gas methane dalam merusak atmosfer ternyata 21 kali dibandingkan CO2, dilihat dari mekanisme perdagangan karbon, pengembangan biogas ini dari sisi materi juga dapat menguntungkan Indonesia mengingat sesuai dengan akan berakhirnya Kyoto Protokol, dimana negara-negara maju diminta untuk mengurangi emisi gas rumah kacanya, maka Indonesia bisa menjual karbon. "Negara-negara maju yang diminta mengurangi emisi akan diminta pertanggung jawaban kewajiban menurunkan emisi, sehingga menjalang 2012 diprediksi akan banyak permintaan dari negara-negara akan karbon, dengan demikian ada dua keuntungan yang bisa kita dapat yaitu pasokan energi dan uang,"tuturnya.
Lebih lanjut dia memaparkan, sampai 2012 pemerintah bekerjasama dengan HIVOS membidik target pengembangan 8000 unit instalasi biogas, dengan pengembangan di enam provinsi yaitu Nusa Tenggara Barat (NTB), Bali, Sulawesi Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur serta Yogyakarta."Sampai sekarang sudah 1400 unit, tahun ini ditargetkan 3600 unit dan tahun depan 3000 unit,"pungkasnya.
Sumber : http://www.energiterbarukan.net
0 komentar:
Posting Komentar