Energi Nuklir, energi alternatif… Amankah?
Kebutuhan akan energi merupakan sebuah isu yang demikian mengemuka. Tidak hanya yang berkaitan dengan konsumsi energi untuk menjaga kelangsungan hidup manusia, tetapi berkaitan dengan konsumsi energi untuk menjaga kelangsungan sumber daya alam (SDA) dan efek penggunaan SDA penghasil energi tersebut. Berbagai kebijakan dan terobosan telah dilakukan guna terjadinya keseimbangan antara suplai dan kebutuhan masyarakat dunia akan energi, ketersediaan SDA yang dapat memproduksi energi, dan minimalisasi dampak eksploitasi SDA terhadap lingkungan.
Pesatnya pertumbuhan penduduk dunia membawa konsekuensi penyusutan dengan cepat SDA tidak terbarukan, khususnya bahan bakar fosil. Contohnya, minyak dengan kapasitas tersedia secara global adalah 1.195 triliun barel, akan terpakai hingga 43 tahun. Sedangkan batu bara dengan cadangan global 1.316 triliun ton akan habis digunakan selama 231 tahun mendatang. Gas alam mempunyai cadangan global 144 triliun m3, dapat digunakan tidak lebih dari 62 tahun lagi. Hingga saat ini, konstribusi penggunaan sumber energi pada total konsumsi energi dunia adalah 87% untuk suplai energi dan 63% untuk suplai listrik yang berasal dari bahan bakar fosil.
Kebijakan yang diambil dalam memilih opsi menggunakan energi nuklir tidak hanya karena teknologi yang dibangun, komersial, dan kompetitif secara market ekonomi, tetapi juga karena sudah menjadi kebijakan negara dan bahkan sudah menjadi sebuah kebijakan global tingkat dunia dalam penerapannya. Oleh karena itu, pembangunan reaktor nuklir harus dikaji dari berbagai aspek dan multidisiplin ilmu. Kesan (image) yang selama ini terbangun dari nuklir adalah identik dengan senjata dan peperangan, atau berhubungan dengan kecelakaan dan radiasi nuklir. Hal ini mungkin tidak salah, tetapi kurang tepat kalau secara langsung menghubungkannya dengan permasalahan diatas.
Kontribusi energi nuklir terhadap pasokan energi sekitar 6% dan pasokan listrik sekitar 17%. Densitas energi pada energi nuklir adalah sangat tinggi. Satu kg (1 kg) uranium (92U) dapat menghasilkan 50.000 kWh (3.500.000 kWh dengan beberapa proses) energi, sementara 1 kg batu bara dan 1 kg minyak hanya menghasilkan 3 kWh dan 4 kWh. Kemudian, pada sebuah reaktor kerkekuatan 1.000 MWe memerlukan: 2.600.000 ton batu bara (2.000 kereta angkut dengan daya angkut 1.300 ton), atau 2.000.000 ton minyak bumi (10 supertanker, WOW!) atau setara 30 ton uranium(dengan teras reactor 10 m3). Densitas energi bisa diukur dengan areal lahan yang diperlukan per unit produksi energi. Fosil dan lahan reaktor nuklir membutuhkan 1-4 km2. Lahan solar termal atau photovoltaics(PV) memerlukan 20-50 km2. Areal bahan dari sumber angin memerlukan 50-150 km2. Biomasa memerlukan 4.000-6.000 km2.
Nah, adapun keuntungan dan kekurangan pembangkit tenaga nuklir adalah sebagai berikut.
Keuntungan PLTN dibandingkan dengan pembangkit daya utama lainnya:
• Tidak menghasilkan emisi gas rumah kaca (selama operasi normal) – gas rumah kaca hanya dikeluarkan ketika Generator Diesel Darurat dinyalakan dan hanya sedikit menghasilkan gas.
• Tidak mencemari udara – tidak menghasilkan gas-gas berbahaya, seperti karbon monoksida (CO2), belerang dioksida (SO2), aerosol, merkuri (Hg), oksida nitrogen, partikulat, atau asap fotokimia.
• Sedikit menghasilkan limbah padat(selama operasi normal).
• Biaya bahan bakar rendah – hanya sedikit bahan bakar yang diperlukan.
• Ketersediaan bahan bakar yang melimpah – sekali lagi, karena sangat sedikit bahan bakar yang diperlukan.
Beberapa hal yang menjadi kekurangan PLTN:
• Risiko kecelakaan nuklir – kecelakaan nuklir terbesar adalah kecelakaan Chernobyl (yang tidak mempunyai bangunan pelindung).
• Limbah nuklir – limbah radioaktif tingkat tinggi yang dihasilkan dapat bertahan lama.
So… pilih yang mana nieh? Energi nuklir untuk masa depan, atau tetap menggunakan bahan bakar fosil? Kalau saya dua-duanya sih, hehe. Tapi ingat, jangan boros dan jaga bumi kita dengan penggunhaan energi yang paling baik untuk bumi kita. So guys, save the earth and keep moving forward (gara-gara habis nonton Meet the Robinson jadi inget kata-katanya deh, hehe).
Sumber:
Buku perpustakaan SMA 8 Yogyakarta. Rahardjo, Sentot Budi.2008. Kimia berbasis Eksperimen 3. Solo:Platinum, Tiga Serangkai.
0 komentar:
Posting Komentar