Teknologi Nuklir, dari PLTN Hingga Kondom & Rendang
Sebuah anggapan yang keliru bila dikatakan bahwa teknologi nuklir hanya berkutat di sekitar Pembangkit Listrik Tenaga Nulir (PLTN) saja. Oleh sebab itu, Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) Prof. Dr. Ir Djarot Sulistio Wisnubroto mencoba mempopulerkan penerapan teknologi nuklir dari PLTN hingga ke alat kontrasepsi (kondom).
Pemegang gelar doktor Nuclear Engineering dari Universitas Tokyo itu menegaskan, sederetan produk telah dikembangkan baik dalam bidang pangan, kesehatan, industri dan masih banyak lagi. Bahkan, kondom yang telah melalui proses iradiasi, dapat memperbaiki kualitas karet agar tahan terhadap gesekan.
“Kondom yang melalui proses iradiasi, dapat memperbaiki kualitas karet agar tidak mudah sobek terhadapa gesekan, disamping tanpa mengurangi kenikamatan penggunanya,” ujar Djarot sambil tersenyum saat menerima Okezone.com di ruang kerjanya di bilangan Mampang, Kuningan, Jakarta Selatan.
Pria berkacamata ini mengatakan bahwa penelitian dari Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi (PATIR) merupakan penelitian lama. Hanya saja, pihak Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau swasta belum mau mengadopsi pengaplikasian radiasi dalam produk kondom.
“Sekarang tinggal dimanfaatkan saja dan kami lempar, tinggal BUMN atau Swasta yang ingin mengembangkan produk tersebut, karena BATAN hanya lembaga penelitian, tidak memiliki wewenang menjalankan hal-hal yang berbau komersial. Itu tidak diperbolehkan,” terangnya menambahkan.
Rekam jejak Djarot dalam bidang nuklir tak dapat dibilang singkat, pasalnya sejak 1981 silam, pria berkaca mata ini mulai terpincut dengan bidang kenukliran. Usai lulus dan merengkuh gelar sarjana strata 1 (S1) dari Universitas Gajah Mada (UGM), ia pun tak lantas memilih berkarir mencari pekerjaan.
Justru, ia memilih mengikuti program pendidikan yang dicanangkan Menteri Riset dan Teknologi BJ Habibie pada masa itu, untuk terbang ke Jepang guna menajamkan ilmunya di Univesita Tokyo dan memilih studi Nuclear Engineering.
Kembali ke Tanah Air adalah panggilan untuk mengabdikan dirinya kepada BATAN, yang pada akhirnya dipercaya mengomandani lembaga non department itu.
Bahkan, saat masih menjabat peneliti, ia pun terus berkontribusi dalam menelurkan sejumlah produk dengan teknologi nuklir yang dapat bermanfaat bagi hajat hidup orang banyak.
Melalui PATIR, ia dan lembaga yang dipimpinnya terus mengembangkan varietas benih pangan untuk meningkatkan ketahanan pangan nasional. Hingga kini, tercatat 20 varietas padi, gandung, dan sorgum telah ditanam di kawasan nusantara. Tak cukup sampai disitu, berkat teknologi radio isotop, BATAN pun mulai berkontribusi untuk dunia kesehatan tanah air bahkan luar negeri.
“Pengaplikasian radiasi dan radio isotop BATAN telah menelurkan sejumlah produk dan berkontribusi kepada kepentingan hajat hidup orang banyak. BATAN mengembangkan produk yang diaplikasikan dengan produk nuklir mulai dari PLTN, varietas benih (padi, kedelai, sorgum).”
Bukan hanya itu saja, kontribusi BATAN dalam produk makanan kemasan sangat membantu sejumlah pihak yang khawatir dengan penggunaan bahan pengawet bagi produk makanan. Rendang, pepes, hingga mangga gedong gincu dapat dikonsumsi dengan aman dan bertahan lama usai melalui proses iradiasi.
“Rendang yang melalui proses iradiasi dapat dikonsumsi dalam jangka waktu yang lama, karena pada saat proses iradiasi bakteri-bakteri penyebab busuknya makanan dimatikan,”
Sumber : http://techno.okezone.com/read/2012/10/15/56/704127/teknologi-nuklir-dari-pltn-hingga-kondom-rendang
Pemegang gelar doktor Nuclear Engineering dari Universitas Tokyo itu menegaskan, sederetan produk telah dikembangkan baik dalam bidang pangan, kesehatan, industri dan masih banyak lagi. Bahkan, kondom yang telah melalui proses iradiasi, dapat memperbaiki kualitas karet agar tahan terhadap gesekan.
“Kondom yang melalui proses iradiasi, dapat memperbaiki kualitas karet agar tidak mudah sobek terhadapa gesekan, disamping tanpa mengurangi kenikamatan penggunanya,” ujar Djarot sambil tersenyum saat menerima Okezone.com di ruang kerjanya di bilangan Mampang, Kuningan, Jakarta Selatan.
Pria berkacamata ini mengatakan bahwa penelitian dari Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi (PATIR) merupakan penelitian lama. Hanya saja, pihak Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau swasta belum mau mengadopsi pengaplikasian radiasi dalam produk kondom.
“Sekarang tinggal dimanfaatkan saja dan kami lempar, tinggal BUMN atau Swasta yang ingin mengembangkan produk tersebut, karena BATAN hanya lembaga penelitian, tidak memiliki wewenang menjalankan hal-hal yang berbau komersial. Itu tidak diperbolehkan,” terangnya menambahkan.
Rekam jejak Djarot dalam bidang nuklir tak dapat dibilang singkat, pasalnya sejak 1981 silam, pria berkaca mata ini mulai terpincut dengan bidang kenukliran. Usai lulus dan merengkuh gelar sarjana strata 1 (S1) dari Universitas Gajah Mada (UGM), ia pun tak lantas memilih berkarir mencari pekerjaan.
Justru, ia memilih mengikuti program pendidikan yang dicanangkan Menteri Riset dan Teknologi BJ Habibie pada masa itu, untuk terbang ke Jepang guna menajamkan ilmunya di Univesita Tokyo dan memilih studi Nuclear Engineering.
Kembali ke Tanah Air adalah panggilan untuk mengabdikan dirinya kepada BATAN, yang pada akhirnya dipercaya mengomandani lembaga non department itu.
Bahkan, saat masih menjabat peneliti, ia pun terus berkontribusi dalam menelurkan sejumlah produk dengan teknologi nuklir yang dapat bermanfaat bagi hajat hidup orang banyak.
Melalui PATIR, ia dan lembaga yang dipimpinnya terus mengembangkan varietas benih pangan untuk meningkatkan ketahanan pangan nasional. Hingga kini, tercatat 20 varietas padi, gandung, dan sorgum telah ditanam di kawasan nusantara. Tak cukup sampai disitu, berkat teknologi radio isotop, BATAN pun mulai berkontribusi untuk dunia kesehatan tanah air bahkan luar negeri.
“Pengaplikasian radiasi dan radio isotop BATAN telah menelurkan sejumlah produk dan berkontribusi kepada kepentingan hajat hidup orang banyak. BATAN mengembangkan produk yang diaplikasikan dengan produk nuklir mulai dari PLTN, varietas benih (padi, kedelai, sorgum).”
Bukan hanya itu saja, kontribusi BATAN dalam produk makanan kemasan sangat membantu sejumlah pihak yang khawatir dengan penggunaan bahan pengawet bagi produk makanan. Rendang, pepes, hingga mangga gedong gincu dapat dikonsumsi dengan aman dan bertahan lama usai melalui proses iradiasi.
“Rendang yang melalui proses iradiasi dapat dikonsumsi dalam jangka waktu yang lama, karena pada saat proses iradiasi bakteri-bakteri penyebab busuknya makanan dimatikan,”
Sumber : http://techno.okezone.com/read/2012/10/15/56/704127/teknologi-nuklir-dari-pltn-hingga-kondom-rendang
0 komentar:
Posting Komentar